Mineralogi
Pembahasan mineralogi, akan ditujukan langsung kepada Genesis Mineral. Sumber bacaan yang saya ambil di antaranya adalah dari diktat kuliah Geologi Unpad Mineralogi karangan Bpk. Ir. A. Fachrudin Arif, MS.,
Gambar di atas merupakan mind map bahasan selanjutnya.
Lingkungan Magmatik
Lingkungan magmatik dikarakterisikkan oleh temperatur tinggi hingga menengah, dan tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan aktivitas magma, yaitu suatu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku.
Bila magma membeku, terbentuklah batuan beku dan produk lain berpa mineral-mineral hasil konsentrasi sejumlah elemen minor dalam cairan sisa. Adapun cairan sisa akan membentuk pegmatit dan urat hidrotermal yang umum terbentuk dalam celah batuan semula (country rock). Bila mencapai permukaan dalam bentuk gas dan muncul sebagai fumarol, atau sebagai cairan panas dan terbentuklah mata air panas..
Ada 4 tipe kejadian mineral:
1. Batuan beku
2. Pegmatit
3. Urat Hidrotermal
4. Deposit mata air panas atau fumarol
Batuan Beku
Batuan beku tersusun oleh mineral-mineral yang relatif sederhana. Hanya ada 7 mineral yang umum dijumpai dalam jumlah banyak yang disebut mineral esensial, yaitu kuarsa, feldspar, feldspatoid, piroksen, hornblende, biotit, olivin. Mineral lain disebut mineral aksesoris karena hanya bersifat sebagai pelengkap.
Pengaruh lingkungan geologi terhadap batuan akan terefleksi pada ukuran butiran mineralnya. Mineral pada batuan tipe vulkanik berbutir halus karena melalui proses pendinginan yang cepat, kadang terdapat mineral butiran agak kasar disebut fenokris. Pada batuan plutonik, mineral berbutir kasar, karena pendinginan yang perlahan sehingga memberikan kesempatan kristal tumbuh besar.
Pegmatit
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan di sekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan di sekelilingnya sebagai dike, sill, atau stockwork.
Berikut video mengenai pegmatit:
Proses kristalisasi fraksional pada magma, akan membentuk suatu cairan sisa berupa cairan silikat. Cairan sisa ini tidak selalu cair karena adanya konsentrasi volatil. Bila tekanan volatil mencukupi, akan menyebabkan cairan terinjeksi di sepanjang permukaan lemah pada batuan sekeliling yang mungkin merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama. Dengan jalan inilah pegmatit dan urat hidrotermal terbentuk.
Pegmatit bertekstur khusus , yaitu berbutir sangat kasar, dan umumnya berbentuk tabular atau seperti pipa. Dalam arti ekonomi, deposit pegmatit penting sebagai penghasil mineral industri, seperti feldspar, muskovit, phlogopite, turmalin, dan kuarsa.
Deposit Hidrotermal
Deposit hidrotermal merupakan pengembangan dari pegmatit, dan terbentuk dari larutan yang lebih dingin dan encer. Ciri khas deposit hidrotermal adalah urat-urat (vein) yang mengandung sulfida, yang terbentuk karena pengisian rekahan atau celah-celah pada batuan semula, namun banyak juga yang berupa suatu massa tak teratur, yang telah mengganti sebagian atau seluruhnya.
Berikut video tentang hidrotermal:
Secara luas, deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 tipe:
1. Deposit Hipotermal-terbentuk antara 300-500 C sangat dalam
2. Deposit Mesotermal-terbentuk antara 200-300 C
3. Deposit Epitermal-terbentuk antara 50-200 C
Deposit hipotermal dicirkan oleh mineral kasiterit , skhelit, wolframit, dan molibdenit. Kuarsa adalah mineral geng utama, yang diikuti pula oleh turmalin, topas, dan mieral silikat lain.
Deposit mesotermal, mineral yang mencirikannya adalah mineral sulfida (pirit, markasit, galena, sfalerit, khalkosit, bornit, khalkopirit, enargit, tetrahedrit. Urat kuarsa mengandung emas yang merupakan suatu deposit penting.
Deposit epitermal dicirikan oleh mineral stibnit, sinabar, perak native, sulfida perak atau argenit, emas native, dan mineral-mineral emas lain, seperti krenerit, kalaverit, dan silvanit, yang berturut-turut menghasilkan antimon, air raksa, perak dan emas. Mineral gengnya adalah kuarsa, opal, kalsit, aragonit, dolomit, fluorit dan barit.
Fumarol atau Deposit Air Panas
Larutan hidrotermal kadang kala dapat mencapai permukaan dan muncul sebagai air panas. Pada umumnya larutan-larutan tersebut mempunyai kadar mineral yang rendah. Mineral yang sering terdapat di sekeliling air panas adalah silika opalin. Namun demikian, kadang-kadang dapat dijumpai pula sejumlah kecil sulfur dan sulfida.
Deposit fumarol yang terpenting adalah deposit yang terdapat pada gunung api yang masih aktif, dengan gas-gas panas yang sangat aktif mengendapkan mineral-mineral, seperti sulfur dan mineral-mineral khlorida, dan mineral lain seperti magnetit, hematit, molibdenit, pirit, realgar, galena, dan sfalerit.
Lingkungan Sedimen
Proses pelapukan yang tidak lain disebabkan oleh aksi oksigen, asam karbonat, dan air mengakibatkan mineral cenderung berubah menjadi mineral baru yang lebih stabil, namun ada juga beberapa mineral yang tetap bertahan seperti kuarsa.
Pada mineral batuan beku, mineral feromagnesium lebih rentan daripada feldspar, dan feldspar lebih rentan daripada kuarsa. Mineral yang semakin kompleks struktur silikat, semakin tahan terhadap pelapukan. Dengan demikian, neosilikat (olivin) lebih mudah terurai daripada inosilikat ( piroksen, hornblende), lebih mudah terurai daripada filosilikat ( biotit, muskovit) terhadap tektosilikat (feldspar dan kuarsa).
Proses selain oksidasi, yaitu reduksi menghasilkan mineral sulfida seperi pirit, markasit, siderit.
Berikut pembagian mineral sedimen berdasarkan stabilitas mineralnya:
1. Mineralogi Resitat
Sedimen-sedimen resitat bentuknya dapat berupa pasir yang tahan terhadap pelapukan, diantaranya adalah kuarsa. Feldspar rombakan dapat pula dijumpai dalam batu pasir, namun tidak setahan kuarsa sehingga akan mengalami dekomposisi. Dalam sedimen-sedimen, feldspar kalsik lebih mudah terdekomposisi daripada feldspar alkali dan dapat terubah menjadi zeolit kalsium, khabazit, dan laumontit. Mineral lain yang mampu bertahan adalah zirkon, garnet, topas, kolumbit, tantalit, andalusit, magnetit, ilmenit, rutil, monasit, kasiterit.
2. Mineralogi Hidrolisat
Mineral-mineral hidrolisat terbentuk dari mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia. Mineral yang paling umum adalah mineral lempung, yang berupa aluminosilikat hidrat, berstruktur filosilikat dan berukuran butir kecil. Mineral lempung tersebut adalah kaolinit, monmorilonit, ilit, dan khlorit.
3. Mineralogi Oksidat
Mineral oksidat yang umum adalah hidroksida feri yang dihasilkan oleh oksidasi-oksidasi senyawa besi dalam larutan, yang kemudian mengendap sebagai gutit atau hematit. Elemen lain dalam endapan suatu oksida adalah mangan dalam bentuk pirolusit, manganit, psilomelan.
4. Mineralogi Reduzat
Mineral reduzat yaitu mineral yang terbentuk melalui proses reduksi, relatif jarang dijumpai. Hal ini disebabkan oleh kondisi reduksi yang terdapat di permukaan bumi hanya dapat terjadi bila di lingkungan tersebut tidak terdapat atau kekurangan oksigen. Dalam kondisi ini, terbentuklah sulfida besi dalam sedimenya, yang berupa pirit, markasit. Mineral lain adalah sulfur.
Alterasi Hidrotermal
Alterasi
hidrotermal (Wall rock alteration) pada umummya memiliki penyebaran yang
lebih luas dari deposit bijih itu sendiri. Menurut Lindgren (1933) proses
hidrotermal merupakan suatu proses perubahan dalam batuan yang diakibatkan
naiknya H2O panas ke permukaan, sedangkan Schwartz (1954) memasukkan
unsur gas sebagai salah satu medium pengubah batuan tersebut. Pada umumnya
intrusi batuan beku selalu diikuti oleh adanya injeksi larutan sisa, yaitu
larutan hidrotermal. Larutan ini berdifusi, mengisi, dan mempengaruhi
rekahan-rekahan pada dinding batuan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terbentuknya mineral alterasi dan mineral bijih dalam suatu sistem hidrotermal
(Corbett dan Leach, 1988), adalah :
1.
Komposisi kimia dan konsentrasi
larutan hidrotermal
Komposisi kimia dan konsentrasi larutan panas
yang bergerak, bereaksi dan berdifusi mempunyai pH antara 4-8, mengandung
banyak ikatan klorida dan sulfida konsentrasinya encer sehingga memudahkan
untuk bergerak.
2.
Sifat dan komposisi batuan
samping (host rock)
Komposisi batuan samping sangat berpengaruh terhadap penerimaan bahan
larutan hidrotermal sehingga memungkinkan terjadinya alterasi mineral. Batuan
yang reaktif adalah batuan yang mengandung karbonat seperti batugamping dan
dolomite yang umumnya menghasilkan cebakan Tembaga (Cu), Seng (Zn), Timbal
(Pb), dan Mangan (Mn).
3.
Struktur lokal batuan samping
Struktur lokal batuan samping terutama struktur rekahan-rekahan atau celah-celah
dan mengakibatkan larutan hidrotermal mudah bergerak, bereaksi dan berdifusi
dengan batuan dinding.
Rekahan pada batuan samping
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
A.
Rekahan asli:
a.
Pore space, yaitu pori-pori antar
mineral
b.
Crystal lattice, yaitu kisi-kisi antar
mineral
c.
Vesicles atau blow holes, yaitu
lubang-lubang bekas keluarnya gas pada saat lava membeku.
d.
Cooling cracks, yaitu rekah kerut akibat
kontraksi lava sewaktu membeku
e.
Igneous breccia cavities, yaitu celah-celah seperti
pada breksi volkanik, breksi terobosan, dan fragmen batuan beku.
B.
Rekahan akibat gerakan :
a.
Fissure, yaitu rekahan akibat
patahan
b.
Shear zone cavities, yaitu rekahan yang
berkumpul pada suatu tempat akibat patahan kecil
c.
Rekahan akibat pengangkatan dan
perlipatan
d.
Volcanics pipes, yaitu lubang-lubang
akibat letusan gunungapi
e.
Tectonic breccias, yaitu rekahan-rekahan
pada breksi akibat tektonik yang terjadi
f.
Collapse breccia, yaitu rekahan pada breksi
akibat kolaps atau roboh
g.
Solution caves, yaitu celah-celah akibat
pelarutan
h.
Rock alteration opening, yaitu pori-pori akibat
alterasi
4. Banyaknya
mineral yang mudah terubah
Banyaknya mineral-mineral yang mudah terubah ditentukan oleh derajat
ketahanan mineral-mineral terhadap alterasi. Adapun mineral yang mudah terubah
adalah mineral silikat-ferromagnesian yang berwarna gelap seperti olivine,
piroksen, dan hornblende yang terubah menjadi klorit, epidot, dan leucoxene
(alterasi ilmenit). Mineral-mineral plagioklas terutama terubah menjadi
serisit, epidot, albit, klino-zoisit, klorit, dan mineral lempung.
5. Temperatur
dan tekanan
Temperatur dan tekanan berpengaruh terhadap kemampuan larutan hidrotennal
untuk bergerak, bereaksi dan berdifusi, melarutkan serta membawa bahan-bahan yang
akan bereaksi dengan batuan samping. Adapun temperatur proses alterasi
hidrotermal berkisar antara 78°C sampai 573°C, yaitu dibawah titik inversi
mineral kuarsa.
Perubahan mineral pada
proses alterasi dapat diketahui bila diamati pada sayatan tipis contoh batuan
di bawah mikroskop, namun akan lebih jelas lagi apabila diadakan analisa kimia
kuantitatif dari batuan segar dan batuan terubah.
Permeabilitas
sangat memungkinkan masuknya larutan hidrotermal kedalam batuan sekitar,
terlebih pada batuan yang mengalami breksiasi, retakan-retakan yang kuat, permeabilitas
dapat bertambah dengan naiknya temperatur.
Perubahan
mineral tergantung pada proses alterasi yang berlangsung. Perubahan wama bisa
menjadi bertambah terang atau memudar, hal ini disebabkan karena melimpahnya
mineral berwarna terang, misalnya saja mineral lempung, alunit, kuarsa, dan
karbonat, dan perubahan warna bisa juga bertambah gelap (oksidasi) misalnya
oksidasi pirit menjadi limonit, hematit, mineral klorit juga dapat menyebabkan
warna mineral bertambah gelap.
Perubahan tekstur akibat
penggantian mineral-mineral batuan yang berukuran kasar oleh mineral-mineral
ubahan. Besar butir yang ukurannya kasar menjadi halus. Agregat itu tidak
menghilangkan tekstur semula karena masih terlihat jejak fenokrisnya.
Tingkat alterasi yang
terjadi secara umum tidak dapat dibedakan secara mudah karena sering terjadi
variasi dan beberapa proses perubahan mineral.
Secara umum
tekstur dan struktur yang diperlihatkan oleh mineral yang mengalami alterasi
hidrotermal, yaitu :
1.
Struktur, diantaranya yaitu :
a. Banded,
yaitu
terlihat seperti adanya urutan perlapisan mineral,
b. Clustriform,
perulangan
perlapisan mineral,
c. Crocked
(ring structure), yaitu suatu struktur pembungkusan
d. Comb,
yaitu
struktur seperti gigi atau sisir,
e. Colloform,
yaitu
struktur membulat seperti buah anggur,
f. Brecciated, yaitu struktur breksi, dan
g. Replacement,
yaitu
struktur penggantian mineral oleh mineral lain, yang terdiri dari : (1) Marginal
(rim structure) yaitu bagian pinggir mineral mengalami penggantian, (2) Core
(atoll structure) yaitu bagian inti mineral mengalami penggantian, (3) Selective
yaitu penggantian mineral secara selektif, (4) Relict structure yaitu
struktur sisa mineral, dan (4) Diffuse penetration yaitu penggantian
mineral secara difusi.
2.
Tekstur, yang terdiri dari
a.
Crystalline, yaitu berupa belahan,
kembar, tulang ikan, dendritik, serta zoning, dan
b.
Fibrous, yaitu berupa serat-serat
halus.
2.3.1 Endapan Porfiri Cu-Au
Umumnya endapan ini terbentuk pada kedalaman yang relatif dangkal pada
area pendinginan dari lidah intrusi yang bersifat penerobosan. Berdasarkan dari
pengamatan lapangan pada sejumlah area endapan sistem porfiri, S.R. Titley dan R.E. Beane (1981) menyimpulkan bahwa geometri intrusi,
komposisi intrusi dan hubungan intrusi terhadap pembentukkan endapan porfiri
adalah sebagai berikut:
Secara
umum banyaknya kandungan tembaga akan berhubungan dengan
besarnya areal intrusi atau komplek intrusi
yang terjadi.
Intrusi
yang hadir lebih dari satu kali pada tempat yang sama dengan
sumber tubuh magma yang
berlainan maka antar intrusi tersebut dapat
diidentifikasikan
berdasarkan massa atau komposisi dari magmanya.
Pada
komplek intrusi dimana terdapat lebih dari satu kali pengintrusian,
maka secara gradasi zona
dari batuan beku diorit hingga kuarsa monzonit
akan memperlihatkan perubahan tekstur batuan dari fanerik hingga holokristalin porfiri. Endapan tembaga umumnya akan hadir berasosiasi dengan intrusi yang lebih muda (Creasey, 1966).
akan memperlihatkan perubahan tekstur batuan dari fanerik hingga holokristalin porfiri. Endapan tembaga umumnya akan hadir berasosiasi dengan intrusi yang lebih muda (Creasey, 1966).
Schwartz (1954)
mengatakan bahwa akan terjadi penambahan dan penyebaran zona ubahan, semakin
jauh dari pusat hidrotermal tingkat ubahannya akan semakin lemah. Menurut
Lowell dan Guilbert (1970) perubahan terjadi secara lateral dan vertikal dari
bawah ke atas. Ubahan hidrotermal diartikan sebagai suatu proses yang
menyangkut perubahan fase akibat interaksi larutan hidrotermal terhadap batuan
yang mengalami penambahan atau pengurangan unsur kimia. Ubahan hidrotermal
dapat dibagi kedalam beberapa zona berdasarkan kelompok mineral ubahannya.
Menurut Lowell dan Guilbert (1970) zona ubahan dapat dibagi menjadi 4 (empat),
yaitu (Gambar 2.3) :
1. Zona
Potasik
Zona ini tidak harus selalu ada. Zona ini dicirikan oleh terbentuknya
ortoklas sekunder dan biotit, atau ortoklas-klorit dan ortoklas-biotit-klorit.
Zona ini juga sering terdapat serisit. Mineral-mineral sekunder ini
menggantikan ortoklas, plagioklas, dan mineral-mineral mafik. Anhidrit
merupakan mineral yang menonjol pada zona ini. Feldspar umumnya bersifat lebih
sodik. Pada zona ini terdapat veinlet kuarsa yang membentuk slockwork.
Zona ini didominasi oleh klorit dan serisit.
2. Zona Filik
Nama lain zona alterasi ini adalah serisitisasi dan kelanjutan alterasi
argilik. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral kuarsa-serisit-pirit dan
umumnya terdapat sedikit klorit, illit dan rutil. Piropilit ada pada zona ini
sedangkan karbonat dan anhidrit sangat jarang. Pada bagian dalam, zona ini didominasi
oleh serisit. Terdapatnya mineral lempung pada zona ini sangat penting. Efek
serisitisasi pada feldspar dan umumya biotit menghasilkan rutil yang jumlahnya
sedikit. Reaksi pertumbuhan silika pada zona ini dengan zona, potasik adalah
secara gradasi yang panjangnya puluhan meter. Pembentukan pirit disseminated
dan veinlet pirit pada zona ini sangat besar.
3. Zona
Argilik
Zona ini selalu ada pada setiap, pembentukan zona alterasi dan sering
disebut sebagai alterasi argilik intermediet. Mineral lempung sangat dominan
apabila semakin dekat dengan tubuh bijih. Pirit sangat umum pada zona ini
tetapi sangat sedikit dibandingkan dengan zona, filik. Pirit umumnya terdapat
secara, veinlet daripada secara disseminated. Feldspar dan biotit
tidak begitu berpengaruh atau berubah menjadi klonit.
4. Zona
Propilitik
Zona ini merupakan zona terluar dan selalu ada. Klorit adalah mineral yang umum pada zona ini. Pirit, kalsit, dan epidot berasosiasi dengan mineral mafik (biotit dan homblenda) yang teralterasi sebagian atau seluruhnya menjadi klorit dan karbonat. Plagloklas adalah mineral yang tidak terpengaruh. Zona ini terdapat di sekeliling tubuh batuan yang panjangnya mencapai ratusan meter.
Gambar 2.3.1 Pembagian zona alterasi
menurut lowell & Guilbert (1967).
Pirajno (1992) membagi
tiga pola ubahan yang berdasarkan pada kestabilan mineral primer yang mengalami
ubahan, yaitu: (a) pervasif, (b) selektif pervasif, dan (c) tidak pervasif.
Intensitas ubahan pada
mineral primer terkait dengan kuat atau lemahnya ubahan yang menimpa batuan pada saat proses ubahan berlangsung (Tabel 2.1 dan 2.2).
Tabel 2.1
Pengelompokkan Intensitas Ubahan Hidrotermal (Morrison, 1997)
Intensitas
|
Keterangan
|
Tidak berubah
|
Tidak ada mineral sekunder
|
Lemah
|
Kandungan mineral sekunder < 25%
|
Sedang
|
Kandungan mineral sekunder berkisar antara
25-75%
|
Kuat
|
Kandungan mineral sekunder > 75%
|
Intens
|
Seluruh mineral primer terubah (kecuali
kuarsa, zircon dan apatit) tetapi tekstur primernya masih terlihat
|
Total
|
Seluruh mineral primer terubah (kecuali
kuarsa, zircon dan apatit) serta tekstur primernya tidak terlihat lagi
|
Tabel 2.2 Tipe ubahan mineral silikat menurut
Hedenquist dan Wairekei (1978) berdasarkan pada klasifikasi Meyer dan Hemley (1967), Rose
(1970), dan Lowell dan Guilbert (1970)
Tipe
Alterasi
|
Mineral 1
|
Mineral 2
|
Suhu
|
Keterangan
|
Argilik
|
Smektit-illit
|
Sulfida-sulfida
|
200°C
|
pH netral, Ca2+/H+
menengah
|
Serisit (filik)
|
Serisit (illit)
|
Sulfida-sulfida, kaolin (minor), oksida
|
220°C
|
pH netral, H+ dan K+
menengah
|
Propilitik
|
Epidot, klorit
|
Klorit, illit, Kalsit, Pirit
|
250°C
|
pH netral, Ca2+/H+
relatif tinggi
|
Propilitik dalam
|
Epidot, Aktinolit
|
Klorit-illit
|
300°C
|
pH netral, Ca2+/H+
relatif tinggi
|
Potasik
|
Biotit, K-Feldspar, Magnetit
|
Epidot-Klorit-Muskovit
|
320°C
|
pH netral, K+/H+
relatif tinggi
|
Argilik lanjut (temperatur rendah)
|
Kaolin, Alunit
|
Kaolin, Kristobalit, Kuarsa, Pirit
|
180°C
|
pH asam
|
Argilik Lanjut (Temperatur Tinggi)
|
Propilit, Diaspor, Andalusit
|
Kuarsa, Sulfida, Turmalin, Energit, Luzonit
|
Biasanya > 250°C kecuali
Andalusit > 350°C
|
pH Asam
|
Menurut Meyer
(1967) ubahan silsifikasi adalah salah satu ubahan yang umum terjadi dalam pembentukan
endapan bijih sulfida. Mineral ubahan umumnya berupa mineral kuarsa yang
berbentuk urat dan merupakan hasil peleburan dari silika yang terdapat pada
batuan dinding yang dekat dengan tubuh endapan bijih. Peristiwa ini dapat
terbentuk akibat adanya larutan dalam lingkungan kimia yang kuat dan luas, yang
dapat berasosiasi dengan zona ubahan argilik, seperti serisit, klorit,
potassium silikat atau dengan albitisasi dalam greisen. Mineral silika ini
dapat terbentuk setelah mineral serisit terbentuk, yang merupakan hasil ubahan
dari ortoklas sebagai akibat dari kegiatan larutan berupa air yang mengandung
silika tinggi. Leach (1996) berpendapat
bahwa temperatur dan pH fluida merupakan dua faktor utama yang mengontrol
sistem hidrothermal, sehingga alterasi dapat dibagi dalam beberapa kelompok
mineral, yaitu :
1.
Silika (kuarsa)
Kelompok ini mempunyai
ciri pH rendah (<2) dan dapat bervariasi pada temperatur rendah (<100°
C), dengan membentuk opalin silika, kristobalit, dan tridimit. Kondisi sangat
asam, pada pH tinggi membentuk silika amorf dan pada pH rendah sampai tinggi
dapat menghasilkan kuarsa, serta pada pembekuan yang cepat dapat membentuk
kalsedon.
2.
Alunite
Kelompok
ini mempunyai ciri pH > 2, dengan temperatur yang lebih tinggi dari kelompok
silika, terbentuk bersamaan mineral silika, pada temperatur > 350 - 400°c
akan berasosiasi dengan andalusit, bedasarkan oksigen dan sulfur isotop,
pembentuk mineral dibagi menjadi :
·
Uap panas (steam-heated)
·
Supergen
·
Magmatig
·
Magmatig vein/breccia
Uap Panas (Steam-heated)
Terbentuk pada
lingkungan oksidasi, dimana larutan asam sulfida berasal dari gas H2S yang
dihasilkan oleh pendidihan sistem hidrothermal pada kedalaman. Ukuran sangat
halus, dengan bentuk kristal pseudo-cubic, terbentuk pada kedalaman 1-1.5 km,
dimana asam sulfida berkurang dengan menurunnya sistem hidrothermal.
Supergen
Terbentuk karena
adanya larutan H2S dari hasil pelapukan dari endapan sulfida masif,
kristalisasinya kurang baik, sangat halus dengan bentuk pseudo acicular.
Magmatic
Berasal dari larutan
magma dan mempunyai bentuk kristal yang sempurna, umumnya berukuran kasar
berbentuk tabular atau lath.like kristal. Umumnya mengisi rekahan semen pada
breksi. Terbentuk pada T>> tumbuh bersama muskovit dan / andalusit, bisa
berupa kristal yang iregular menutupi kuarsa atau mineral lain dengan membentuk
tekstur poikilitik atau dalam bentuk euhedral pseudo-rhumbic kristal.
Magmatic
Vein/breccia
Terdapat pada vein dan
breccia, terbentuk langsung dari larutan hidrothermal yang kaya akan volatil
yang berasal dari larutan yang mengkristal, terbentuk prisma yang radial.
3.
Kaolinit
Berasal dari larutan dengan pH
4, dan terdapat bersamaan dengan alunit group pada pH 4-3, halloysite hasil
dari pelapukan supergen atau pada $kondisi T<<, terbentuk pada kedalaman
yang rendah dan T 450~250°C, pyrophylite pada T < 200-250°C, dickite
terbentuk pada kondisi diantara dua jenis diatas.
4.
Illite
Terbentuk pada pH 5-6,
asosiasi dengan kelompok kaolin pada pH 4-5, smektit hadir pada temperatur <100°C-200°C.
Illit-smektit pada temperatur 100°C-200°C, illit pada temperatur 200C°-250°C.
Kandungan smektit pada illit-smektit dan serisit akan meningkat apabila
temperaturnya naik.
5.
Klorit
Pada kondisi mendekati pH
netral, klorit akan dominan, dan akan bersama dengan kelompok Illit pada pH 5-6,
pada temperatur rendah, berupa interlayer klorit-smektit, dan akan berubah
menjadi klorit bila temperatur bertambah.
6.
Kalk-silikat
Terbentuk pada pH netral
sampai alkali, pada temperatur rendah terbentuk zeolit-klorit-karbonat, pearmeabilitas
sangat memungkinkan masuknya larutan. hidrous zeolit
(natrolit,chabazit,mosolit,mordenit,stilbit,heulandite) terbentuk pada
temperatur <150-200°C, laumontit (150-250°C) wairakit (200-300°C), epidot
dan aktinolit (secondary amphibol) terbentuk pada temperatur tinggi, kristal
tidak baik (180°-220°C), kristal baik (>220-250°C), secondary amphibol
stabil pada sistem hidrothermal aktif(>300-325°C), biotit (>300-325°C)
pada sistem hidrothermal aktif, klinopiroksen (>300°C), garnet
(>325-350°C).
7.
Karbonat
Terbentuk pada pH dan T dengan kisaran lebar,
biasa berasosiasi dengan kaolin, illite, klorit, dan fasa calc-silicate, Fe-Mn
karbonat(siderit-rodokrosit) biasa dengan kaolin dan illite.
8.
Feldspar
Biasa berasosiasi dengan fasa klorit dan kalk
silika, feldspar sekunder stabil pada pH mendekati netral-alkalin, adularia
terbentuk sebagai species dari sekunder feldspar pada temperatur rendah,
orthoklas terbnetuk pada T>> lingkungan porfiri.
9.
Sulphate
Terbentuk pada variasi temperatur dan pH,
alunit pada pH (<3-4), anhydrit pH>> dan T> 100-150°C, gypsum
terbentuk pada kondisi temperatur rendah, jarosit selain prosuk pelapukan dari
mineral sulfida juga bisa terbentuk pada lingkungan yang asam pada kedalaman
dangkal.
Materi Alterasi Hidrotermal diambil dari laporan TA Michael Waromi Geologi Unpad 2005