Aria Wisnu Sanjaya-270110090029


Klasifikasi, Deskripsi Petrologi, Komposisi, dan Petrogenesa Rijang (Chert)




Dasar Penamaan (Klasifikasi) Chert

Chert adalah penamaan umum yang digunakan untuk batuan siliceous sebagai sebuah kelompok (grup), namun ada yang mengaplikasikannya untuk tipe spesifik dari chert (Boggs, 1987).

Batuan Sedimen Siliceous dapat dibagi berdasarkan kenampakan secara kasar (gross morphology) kedalam dua tipe mendasar: (1) Bedded cher (2) Nodular chert. Bedded chert lebih lanjut dibedakan oleh content dari organisme siliceous yang bermacam-macam jenisnya. Mineralogi tidak dapat digunakan untuk menjadi dasar pengklasifikasian batuan sedimen siliceous karena  batuan jenis ini semua kandungan utamanya adalah kuarsa yang berukuran halus (chert) (Boggs, 1987).

Menurut Boggs (1987), klasifikasi chert adalah sebagai berikut:

1. Bedded Chert

Diatomaceous Chert
Radiolarian Chert
Spicular Chert
Few or Non Fossiliferous Chert
2. Nodular chert


Deskripsi Batuan
1.  Bedded Chert

a. Diatomaceous Chert
Tersusun oleh lapisan-lapisan dan lensa diatomite. Diatomaceous chert tersusun oleh semen silica padat atau massa dasar berupa diatomite yang memadat.
Kenampakan khas dari diatomite adalah berwarna terang, butirannya halus, mudah pecah, tergolong ke dalam siliceous rocks.
Lapisan-lapisan dari diatomaceous rock dapat membuat strata dengan ketebalan beberapa ratus meter yang membentuk sedimentary sequence. Contohnya dapat ditemukan di California, Miocene Monterey Formation.

b. Radiolarian Chert
Radiolarian chert tersusun oleh lapisan-lapisan yang teratur. Massa dasar radiolarian chert berupa radiolarite yang berukuran mikrokristalin, bersemen siliceous yang kompak.
Radiolarite merupakan batuan yang mempunyai butiran yang halus.
Radiolarian chert basanya berasosiasi dengan tuff, batuan vulkanik basa seperti basalt bantal, batugamping pelagic, dan batu pasit turbidit yang dapat digunakan sebagai indicator laut dalam. Beberapa radiolarian chert juga dapat berasosiasi dengan batugamping micritic dan batuan lain yang terdeposisi pada kedalaman 200 – 100 m
c. Spicular Chert
Spicular chert mempunyai struktur yang keras dan padat. Spicular chert terbentuk di laut dan dapat berasosiasi dengan batupasir glauconitic, lanau, dolomites, batugamping argaillaceous dan phosphorites.
Spicular chert tidak berasosiasi dengan batuan vulkanik dan mungkin terendapkan di laut dangkal (beberapa ratus meter)




d. Few or Non Fossiliferous Chert

Lapisan-lapisan pada chert ada yang sedikit mengandung siliceous organisme dan ada yang tidak sama sekali. Organisme siliceous yang terdapat di dalam chert dapat diamati melalui pengamatan mikroskopik.

Few fossiliferous chert mempunyai tekstur yang dianalogikan seperti batugamping dengan komposisi kaya akan unsur besi yang terkandung oleh hematite, magnetite, siderite, ankerite atau yang miskin alumina kaya silica.

Few Fossiliferous chert biasa berasosiasi dengan Formasi Iron Precambrian. Contohnya adalah pada zaman Devonian Missisipian Arkansas Novacullite di Arkansas dan Oklahoma dan Caballos Novacullite, Texas.

Sedangkan untuk yang tidak mengandung skeletal atau Non Fossiliferous Chert, memiliki kesamaan dengan radiolarian chert, baik secara megaskopis maupun secara asosiasi litologinya. Non Fossiliferous Chert mempunyai ukuran mikrokristalin dan bersemen siliceous yang kompak.


Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen

Gambar 2. Chert yang terlipat

Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert
2. Nodular chert
Nodular chert berbentuk subspheroidal, tersusun akan lensa-lensa atau lapisan-lapisan yang tidak teratur dengan ukuran mencapai puluhan centimeter.
Nodular chert pada umumnya tidak memiliki struktur internal, akan tetapi beberapa nodular chert tersusun oleh fosil yang akan silica  atau memiliki struktur relict seperti bedding.

Nodular chert memiliki warna hijau gelap hingga hitam, tergolong ke dalam batuan karbonatan dan cenderung berbentuk parallel bedding.

Nodular chert jarang ditemukan berasosiasi dengan batupasir, batulanau, sedimen lacustrine dan evaporites. Karena umumnya terbentuk dari ubahan mineral karbonat dan fossil serta dapat pula berupa hasil ubahan dari anhydrite. Sehingga nodular chert biasa berasosiasi dengan batugamping dan dolomite.

Komposisi Penyusun

Kelimpahan kandungan organime siliceous dapat dijadikan dasar pengklasifikasian subdivisi chert, terutama untuk chert berlapis (bedded chert). Klasifikasi subdivisi chert berlapis dan hubungannya dengan komposisi organisme siliceous adalah sebagai berikut:

1.  Bedded Chert

a.  Diatomaceous Chert

Tersusun atas deposit Diatomaceous dengan semen atau massa dasar  berupa silika.

b.  Radiolarian Chert

Tersusun atas deposit Radiolarian yaitu mikrokristalin radiolarit yang tersemenkan oleh semen atau massa dasar  berupa silika.



c.  Spicular Chert
Tersusun atas deposit siliceous sipucle organisme invertebrata dengan semen berupa silika namun sementasinya masih longgar.
d.  Few or Non Fossiliferous Chert

Tersusun atas sedikit sampai bahkan tidak mengandung sisa sekeletal siliceous. Few fossiliferous chert mempunyai tekstur yang dianalogikan seperti batugamping dengan komposisi kaya akan unsur besi yang terkandung oleh hematite, magnetite, siderite, ankerite atau yang miskin alumina kaya silica.

2.  Nodular chert

Berisi fosil silika atau merupakan relict structure dari bedding chert.  Fosil silika tersebut merupakan fosil calcareous atau oolith. Nodular chert jarang ditemukan berasosiasi dengan batupasir, batulanau, sedimen lacustrine dan evaporites. Karena umumnya terbentuk dari ubahan mineral karbonat dan fossil serta dapat pula berupa hasil ubahan dari anhydrite. Sehingga nodular chert biasa berasosiasi dengan batugamping dan dolomite.

Petrogenesa

Secara umum chert mengalami diagenesis secara fisik dan kimiawi. Proses diagenesa chert secara fisik berupa kompaksi dan secara kimiawi meliputi sementasi, rekristalisasi dan replacement.

Secara fisik perubahan yang terjadi adalah terutama perubahan tekstur. Proses kompaksi akan merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi kontak antar butir. Perubahan penempatan butiran sedimen terjadi akibat beban akumulasi sedimen atau material lain. Dengan demikian volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil namun sangat kompak.


Contoh yang terjadi adalah perubahan dari siliciclastic mud menjadi mudstone (porositas berkurang dari 60 – 80% menjadi 10 – 20 %) dan perubahan dari siliciclastic sand menjadi sandstone (porositas menurun dari 35 – 40% menjadi ±20%). Perubahan siliciclastic mud menjadi mudstone dapat dijumpai pada radiolarian chert dan spicular chert.

Untuk proses diagenesa secara kimiawi, perubahan yang terjadi adalah perubahan komposisi kimianya. Diagenesis kimiawi yang terjadi pada chert meliputi cementation, recrystalization dan replacement.

Sementasi diawali dengan keluarnya air dari ruang pori-pori sehingga material yang terlarut di dalamnya mengendap dan merekat (menyemen) material di dalamnya. Material semennya dapat berupa karbonat (CaCO3), silica (SiO2), oksida (besi) atau mineral-mineral lempung. Proses ini mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.

Contoh yang terjadi adalah perisipitasi silika dari butiran kuarsa menjadi butiran kristal baru. Pada chert, perispitasi silika dapat dijumpai pada nodular chert.

Rekristalisasi terjadi pada saat sedimen terakumulasi dimana mineral-mineral yang kurang stabil mengkristal kembali (terjadi rekristalisasi), menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi batu gamping terumbu yang porous.

Contoh yang terjadi adalah proses perubahan dari lime mud menjadi lime stone. Chert yang mengalami proses ini adalah nodular chert, radiolarian chert dan spicular chert.

Replacement adalah proses kristalisasi dari mineral baru di dalam tubuh mineral yang lama atau agregasi mineral akibat perbedaan komposisi, proses terjadi secara simultan berupa solution dan deposisi. Mineral baru memiliki struktur dan tekstur yang sama dengan mineral yang lama.

Contohnya adalah perubahan dari fossils (calcite) menjadi fossils (chert). Proses ini dapat ditemukan pada Few Fossilliferous chert dan Nodular Chert.



Referensi

Boggs, S. Jr. 1987. Principles of Sedimentary and Stratigraphy. Merril Publishing Company, Columbus.

Koesoemadinata,R.P.. 1981. Prinsip-prinsip Sedimentasi, ITB. Bandung.

http://www.nps.gov/.

http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/
















BAB I
PETROLOGI BATUAN BEKU
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenaibatuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengantiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasaldari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuanbeku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batulebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuansedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandungpartikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur daribatuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yangbermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahankimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan,suhu, atau keduanya).
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dananalisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologimodern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitankecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika daneksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimentalmenggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidikigeokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dansuhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidikibatuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalamperjalanan kepermukaan pada kondisi asli.
1.Pengertian Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutansilica cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena tidakadanya kesepakatan dari para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuanbeku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi padaberbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing. Bilakita dapat menggunakan klasifikasi yang tepat, maka kita akan mendapatkanhasil yang memuaskan.
2.Penggolongan Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokanutama yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yangterkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
2.1 Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadangmengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuanbeku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a.Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawahpermukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehinggabatuan seluruhnyaterdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.
b.Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau
pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatifcepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidaksempurna dan bercampur dengan massa dasar sehinggamembentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granitporfir dan Diorit porfir.
c.Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempatmembentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf.Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
2.2 Berdasarkan Senyawa kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan
menjadi:
a.Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari
45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.
b.Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52
%. Contohnya Gabro, Basalt.
c.Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara
52%-66 %. Contohnya Andesit dan Syenit.
d.Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%.
Contohnya Granit, Riolit.
Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa
akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam
2.3. Berdasarkan susunan mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dantekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan daripada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkankeadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri.Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama,sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi duagenerasi
pembentukanmineral. Dan tekstur menggambarkan pembkuan yang cepat.

a.Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b.Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c.Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d.Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1.keluarga granit – riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,
alkali felsparnya melebihi plagioklas
2.keluarga granodiorit – qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak
dari K Felspar
3.keluarga syenit – trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi
Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
4.keluarga monzonit – latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau
melebihi K-Felspar
5.keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid,
K-Felspar melebihi plagioklas
6.keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7.keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
8.keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama
plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar
9.keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik,
mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca)
bisa melimpah ataupun tidak hadi
1.Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku
a. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineralpenyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi olehkomposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenismagma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai teksturgelasan.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asamyangtersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfardan muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan bekuintermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir samabanyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuanbeku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineralmafik.
a. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuanyang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu padapengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan bekustruktur yang sering ditemukan adalah:
a.
Masif
: bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun
lubang-lubang gas
b.
Jointing
: bila batuan tampak seperti mempunyairetakan-retakan.kenapakan ini akan mudah diamati padasingkapan di lapangan.
c.
Vesikular
: dicirikandengan adanya lubang-lubang
gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
Skoriaan :bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling
berhubungan.
Aliran: bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
d.
Amigdaloidal
: bila lubang-lubang gas terisi oleh
mineral-mineral sekunder.
a. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butirmineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuranbutir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jikawarna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan danketerdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari
rangkaian proses
sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
a.
Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi:
Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua
berbentuk kristal-kristal.
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian
lagi berupa mineral gelas.
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
a.
Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudahdikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi padabatuan.

b.
Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat
dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
Equigranulritas
Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal
yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2:
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa
dibedakan dengan mata telanjang
Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat
dibedakandengan mata telanjang atau ukuran
kristalnya sangat halus.
Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat
dibagi lagi menjadi :
Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh
kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata
telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar
yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
a. Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
b. Bentuk Butir
Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna